Rabu, 11 Juli 2018

Pendakian Gunung Merbabu Via Selo

Merbabu, Sabana, dan Edelweiss








Perjalanan ini adalah cerita tentang bagiamana aku menikmati keindahan Merbabu, ini adalah kali ke empat saya melakukan pendakian di gunung merbabu dan kali kedua melalui jalur selo. Pukul 13.00 setelah ibadah shalat jumat, kami memulai pendakian. Karena hujan terus menerus, kami harus mengenakan mantol sejak awal. Trek awal landai, cocok untuk pemula. Jadi teringat tahun lalu saat failed di jalur ini. Selo merupakan basecamp merbabu dari arah selatan, dari sini sudah terlihat negeri diatas awan. Jalur awal ini di dominasi tanah yang berdebu saat musim kemarau, serta licin setelah hujan.

Basecamp - Pos 1 (Dok Malang) 13.00-14.15 (1jam 15 menit) 
Dari basecamp menuju pos 1 trek awal berupa tanah dan medan yang cukup landai dengan kanan kiri berupa hutan hujan tropis. Ini adalah kala pertamaku belajar menggendong carrier 70lt. Trek berupa tanah dan kanan jalan berupa jurang. Sekitar 1,5 jam kita akan sampai di pos I (dok malang) pos ini bisa untuk mendirikan 3 tenda.

Pos I - Pos II (Pandean) 14.15 - 15.15 (1jam) 
Perjalanan menuju pos II masih sama, cukup landai, tapi sudah memasuki vegetasi hutan yang cukup rapat. Setengah perjalanan kita akan menemukan sedikit tanjakan kemudian sampai di pos bayangan, untuk menuju pos II masih setengah jalan lagi. Setelah pos bayangan ada beberapa tanjakan yang kita lewati, namun tidak terlalu ekstrim. Sampai di pos II banyak yang beristirahat disini, pos II pandean ini kondisinya mirip dengan pos I, hanya lebih luas saja. Kami memutuskan beristirahat 15 menit disini.

Pos II - Pos III (Watu Tulis) 15.30 - 16.15 (45 menit) 
Setelah pos II, jalan mulai terbuka dan kita mengikuti jalur berupa aliran air yang terdapat beberapa percabangan. Untuk mencapai pos III kita cukup menanjak ke atas bukit dalam waktu sekitar 45 menit. Saat itu cuaca cukup bagus hujan sudah berhenti sehingga sedikit demi sedikit view merapi terlihat. Beberapa menit kemudian, kami sampai di pos III. Di pos ini banyak pendaki yang mendirikan tenda. Pos ini bisa menampung lebih banyak tenda daripada pos II.  Di pos III ini adalah surganya bunga Edelweiss, bunga abadi yang diimpikan para pendaki untuk bisa sekedar melihatnya atau mengambil gamabrnya. Bunga Edelweiss ini adalah bunga yang dilindungi keberadaannya, siapapun yang berani memetik Edelweiss lalu membawa pulangnya pastia akan mendapatkan hukuman berupa sanksi blacklist dari pendakian merbabu hingga dilaporkan ke pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu. Trek setelah pos III terlihat curam, kami berhenti untuk sembahyang dan beristirahat selama 15 menit.

Pos III - Pos IV (Sabana 1) 16.30 - 17.30 (1 jam) 
Lanjut ke pos IV, trek curam menunggu kami. Perlahan-lahan kami berjalan melalui tanjakan yang kemiringannya sekitar 50 derajat. Menurut informasi, trek ini lah yang paling berat di jalur selo ini. Selepas medan tadi, ada jalur yang terjal mengarah ke kanan dan jalur yang landai ke kiri, kami memilih jalur arah kiri dan sesaat kemudian ada sedikit tanah lapang, disini terlihat pemandangan yang sangat indah, puncak gunung sumbing terlihat di sebelah kanan dan gunung merapi terlihat gagah di sisi kiri kami dengan lautan awan yang menyelimutinya. Sambil sesekali mengabadikan momen, kami melanjutkan perjalanan dengan dimanjakan bakcground gunung merapi melulu di belakang kami. Tidak lama kemudian kami sampai di pos IV atau disebut sabana 1, pada pukul 17.30. Kami memutuskan untuk istirahat disini dan menunggu setelah Adzan magrib. Di sabana 1 ini bisa didirikan banyak tenda, namun kawasan cukup terbuka sehingga langsung terkena terpaan angin. Ada beberapa tenda yang sudah berdiri disini. Kabut mulai turun dan kami segera melanjutkan perjalanan ke titik selanjutnya yaitu sabana II. Untuk ke sabana II kita cukup mendaki sebuah bukit yang tidak terlalu terjal dan selanjutnya sampailah di tempat luas yang bisa didirikan puluhan tenda. Perjalanan mengitari bukit ini kita bisa menyaksikan iringan cahaya dari senter pendaki yang akan menuju puncak dan menengok ke belakang kita dapat melihat cahaya dari senter pendaki gunung merapi.




Sabana 1 - Sabana 2 18.00 - 18.15 (15 menit) 
Sekitar 15 menit setelah menuruni bukit sampailah kami di sabana II. Ini adalah tempat favorit para pendaki mendirikan tenda. Selain karena berada di lingkup bukit, sehingga tidak langsung terkena terpaan angin, tempat ini juga sangat luas dan kita dapat melihat bintang bintang yang sangat banyak dari sabana ini. Kami lanjut mendirikan tenda, dan memasak untuk makan malam. Hari itu banyak pendaki yang berasal dari luar kota, sehingga cukup ramai. Pukul 21.00 kami bersiap siap untuk istirahat, agar bisa melanjutkan summit besok pagi. Sayangnya, sepanjang malam hujan turun sampai pagi hari pukul 06.00 sehingga kami tidak bisa menyaksikan sunrise karena tertutup kabut.







Sabana 2 - Puncak 06.15 - 07.15 (1 jam) 
Pukul 06.15 kami melanjutkan perjalanan ke puncak. Ada dua jalur, ke kiri langsung menanjak dan ke kanan mengitari bukit. Kami memilih jalan ke kiri dengan mendaki sebuah bukit yang cukup terjal. Namun perjalanan akan sangat terhibur karena saat menengok ke belakang, gunung merapi tampak gagah berdiri, cukup menghilangkan rasa lelah kita. Trek sabana 1 dan sabana 2 juga terlihat jelas sehingga kita bisa melihat banyak tenda yang berdiri. Dari sini apabila kita sudah menanjak, akan ada jalur ke kanan dan kiri. Jika ke kiri menuju puncak trianggulasi, dan ke kanan menuju puncak kentheng songo. Kami memilih arah ke kanan. Tidak lama kemudian sampailah kami di puncak kentheng songo pukul 07.15. Di puncak sudah terdapat sekitar 5-6 tenda yang sudah berdiri sejak semalam dan beberapa pendaki yang sampai dari berbagai jalur lain, seperi wekas dan cunthel yang bergabung disini. Beberapa saat kemudian hujan kembali mengguyur sehingga kami harus berteduh di bawah mantol masing masing. Hujan pagi itu tidak menyurutkan niat para pendaki untuk sampai ke puncak. Terbukti dari banyaknya pendaki yang datang setelahnya.




Sekitar 1 jam kemudian hujan masih turun dengan intensitas yang berkurang, walaupun kadang deras kadang reda. Akhirnya pukul 08.30 kami memutuskan turun ke sabana II untuk berkemas. Setelah berpamitan pada pendaki lain, kami pun turun. Saat itu hujan reda, dan tanah menjadi sangat licin dan becek. Kami harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Setengah jalan turun, hujan mengguyur dengan cukup deras, namun kami harus Melanjutkan perjalanan karena tidak ada tempat berteduh. Aku sempat terpeleset hingga jatuh saat turun ini, lumayan mengagetkan haha. Pukul 09.00 kami sampai lagi di sabana II atau tempat kami camping. Kami segera memberesi tenda dan bergegas turun pada pukul 10.00. Karena hujan terus menerus tenda dan seperangkatnya basah, sehingga tas carrier semakin berat. Tapi aku tetap semangat membawanya hehe. Dalam perjalanan turun ini, aku berjalan pelan. Tidak berlari seperti biasanya, selain karena medan yang sangat licin, juga mengingat barang bawaan yang berat. Jadi harus extra hati-hati. Banyak pendaki yang summit bersama kami juga turun bersama. Dan banyak juga pendaki yang baru akan naik ke puncak. Melewati sabana 1, banyak sekali tenda yang sudah berdiri. Kami lanjut perjalanan menuju pos III, trek yang curam harus kami lewati, inilah yang menurutku paling susah. Sampai di pos III, banyak pula pendaki yang mendirikan tenda disini. Kami beristirahat sebentar untuk sekedar mengendorkan tas dan membersihkan sandal yang tertimbun lumpur dan kerikil. Perjalanan selanjutnya cukup ringan menuju pos II tidak butuh waktu lama, dan kami melanjutkan menuju pos I, hujan masih saja mengguyur. Kami pelan saja berjalan, sampai pos I kami kembali beristirahat sebentar. Kami bertemu banyak pendaki yang akan naik. Mereka tampak sangat antusias mendaki gunung merbabu. Perjalanan dari pos I menuju basecamp inilah menurutku yang terjauh, karena pundak sudah cukup pegal. Namun ada baiknya, karena dari pos I ini tanah sudah tidak terlalu becek seperti trek dari puncak tadi. Sehingga kita tidak terlalu was was terpeleset lagi. Aku terus berjalan sampai akhirnya menemukan penjual bakso di dekat jalan, berarti basecamp sudah dekat hehe dan benar sekitar pukul 14.00 aku sampai di basecamp. Lega sekali, aku segera beristirahat dan memesan soto untuk mengisi perut yang daritadi pagi kosong. Untuk selanjutnya memulai perjalanan pulang.




 POS 3 MERBABU



SABANA I MERBABU



MENUJU SABANA II MERBABU


SABANA II MERBABU



PUNCAK KENTHENG SONGO 3142 MDPL

Jumat, 01 Mei 2015

Straight News
Evakuasi Longsor Terhambat Medan

Evakuasi korban tanah longsor di Perkebunan Teh Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terhambat medan berat berupa jalan menanjak berliku-liku dan berbatu.
Pukul 16.00, Rabu (24/2), evakuasi terpaksa dihentikan karena khawatir longsor susulan akan terjadi setelah hujan deras kembali mengguyur kawasan perkebunan tersebut.
Hingga pukul 20.00, jumlah korban yang ditemukan dari timbunan longsor 19 orang dari 43 nama yang dilaporkan hilang oleh keluarganya. Sebelum diserahkan kepada keluarga, korban yang ditemukan dibawa ke masjid setempat yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi longsor.
Hujan pada Rabu sore menyebabkan lumpur longsoran tebing menjadi liat dan membahayakan petugas evakuasi. Hujan deras juga mengganggu penglihatan petugas evakuasi yang menjalankan mesin pengeruk (backhoe).
Lalu lintas kendaraan yang padat menuju lokasi longsor juga menjadi penghambat masuknya alat-alat berat ataupun logistik. Kondisi semakin ruwet ketika pengamanan jalan sepanjang 15 kilometer menuju lokasi bencana tersebut diperketat menjelang kunjungan Wakil Presiden Boediono.
Di lokasi longsor, lumpur setebal 3 meter mengubur 21 rumah warga di RW 18. Longsoran menimbulkan bekas menyerupai cekungan yang dalam seluas hampir 5 hektar. Sepanjang mata memandang, yang tampak hanya timbunan lumpur. Beberapa atap rumah warga yang tertimbun masih kelihatan.
Lokasi longsor yang terletak di kaki Gunung Tilu itu juga tak terjangkau frekuensi radio ataupun telepon seluler. Tak heran, saat longsor terjadi, Selasa pagi, informasi mengenai peristiwa tersebut disampaikan warga kepada aparat Kecamatan Pasirjambu beberapa jam kemudian, dengan menempuh jarak sejauh 32 kilometer.
Wakil Gubernur Dede Yusuf saat meninjau lokasi longsor, mendampingi Wapres Boediono, mengatakan, karena berbagai kendala, evakuasi yang dilakukan belum optimal.
Hingga Rabu sore, baru satu backhoe yang beroperasi di lokasi longsor. Empat lainnya terhambat kedatangannya karena akses jalan masuk yang sempit dan sukar dilintasi.
Sementara itu, 200 jiwa yang selamat dari longsor itu diungsikan ke Perkebunan Negara Kanaan, Desa Tenjolaya, sekitar 3 kilometer dari lokasi longsor.
Menurut Dede Yusuf, evakuasi tetap berlanjut hingga tujuh hari ke depan, dengan mengerahkan 1.200-an personel.

Sabtu, 04 April 2015

pendahuluan


Bahasa merupakan hal yang tidak pernah lepas kehidupan manusia. Bahasa mempunyai peran yang penting bagi manusia, selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga digunakan untuk menjalankan setiap aktivitas manusia dalam berbagai bidang. Membahas tentang bahasa sebagai alat komunikasi, maka tidak akan bisa lepas dari kajian semantik. Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna kata atau makna bahasa.
Ilmu linguistik mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan tersusun secara sistematis. Lambang-lambang yang digunakan sebagai bahasa tersebut harus bisa didengar dan diucapkan. Setiap lambang bahasa mempunyai makna tertentu, dan lambang-lambang tersebut dapat digunakan untuk berkomunikasi antar manusia.
hiponimi sebagai hubungan semantik antara makna spesifik dan makna generik, atau antara anggota taksonomi dengan nama taksonomi. Secara etimologi hiponimi berasal dari kata onoma dengan arti nama dan hypo yang berarti di bawah. Secara harfiah hiponimi berarti nama yang termasuk di bawah nama lain

Kamis, 22 Januari 2015

SHATTERED GLASS: Melalui Perspektif Jurnalistik

Shattered Glass adalah sebuah film yang bercerita mengenai seorang jurnalis muda yang bekerja di suatu majalah terkemuka di New York, New Republic. New Republic sangat terkenal, sejak pertama kali berdiri tahun 1914, New Republic telah menjalankan fungsi jurnalistiknya dengan baik. Film ini menceritakan keadaan New Republic di tahun 1998. Pada saat itu, New Republic memiliki 15 jurnalis dan seorang editor yang sangat baik dan bertanggung jawab bernama Michael Kelly.

Tokoh utama film ini adalah Stephen Glass yang diperankan dengan apik oleh Hayden Christensen. Lewat perannya ini, ia menjalankan peran sebagai seorang jurnalistik cerdas, yang baru bekerja untuk New Republic. Awalnya ia terlihat menjalankan pekerjaan dengan baik, namun konflik dimulai sejak editornya, Michael Kelly diganti dengan jurnalis lain yang dianggap kurang kompeten, Chuck Lane.

Menjadi wartawan di new Republic sangatlah sibuk, gajinya kecil, jadwal ketat, namun Stephen Glass sangat menikmatinya karena ia senang jika membayangkan tulisannya akan dibaca oleh orang-orang terkenal, contohnya Presiden. Kesenangan Stephen Glass ini tidak dijalankan secara seimbang. Ia asal menulis, demi popularitas, terkadang ia mengarang suatu kejadian, bahkan beberapa berita yang ia tulis merupakan satu kebohongan. Pada akhir film, akhirnya terkuak bahwa selama ini Stephen Glass adalah seorang jurnalis yang tidak menulis berdasarkan kebenaran.

Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata dari Stephen Glass. Kini ia menjadi seorang novelis, dan salah satu buku karangannya adalah The Fabulist, yang menceritakan pengalamannya sendiri sebagai seorang jurnalis yang menulis suatu kebohongan demi popularitas. Lewat pengalaman nyata inilah kita dapat memetik pelajaran, bahwa seorang jurnalis harus menyampaikan kebenaran, dan agar pembaca dapat tahu bahwa berita yang ditulis itu adalah suatu kenyataan, paling bagus adalah mencantumkan foto agar pembaca dapat melihat kejadian sebenarnya.



ANALISA FILM SHATTERED GLASS
DIKAITKAN DENGAN KODE ETIK WARTAWAN INDONESIA

Dalam buku Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan oleh Eni Setiati, dijelaskan mengenai tujuh butir Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) secara jelas. Berikut analisisnya dikaitkan dengan film Shattered Glass:

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar:

Masyarakat perlu diberi informasi yang sifatnya faktual dan jelas sumbernya. Stephen Glass dalam film ini telah melanggar KEWI pertama ini. Ia tidak menjelaskan fakta, ia memberikan berita yang tidak jelas sumbernya, dan belum jelas kebenarannya.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi:

Stephen Glass memperoleh informasinya tidak berdasarkan tata cara yang etis, karena beberapa beritanya merupakan berita yang ia karang sendiri, bahkan beberapa sumber beritanya juga merupakan sumber berita karangannya sendiri.

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat:

Wartawan sebaiknya, dalam melaporkan dan menyiarkan informasi perlu meneliti kembali kebenaran informasi. Stephen Glass tidak meneliti kembali informasi yang ia peroleh. Beberapa informasi yang ia dengar dari mulut ke mulut bisa ia kembangkan sendiri menjadi suatu berita yang sifatnya palsu, karena tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila:

Dalam film Shattered Glass, wartawan-wartawan new Republic telah berusaha menjalankan fungsi ini sebaik mungkin. Sayangnya Stephen Glass sebagai wartawan telah melanggarnya. Ia telah menyiarkan informasi yang bersifat dusta.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi:

Wartawan Indonesia selalu menjaga kehormatan profesi dengan tidak menerima imbalan dalam bentuk apapun dari sumber berita, yang berkaitan dengan tugas-tugaskewartawanannya, dan tidak menyalahgunakan profesi untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Stephen Glass sebagai jurnalis New Republic bersikap tidak loyal terhadap New Republic. Ia memanfaatkan popularitasnya demi kepentingannya sendiri, yaitu makin meningkatkan popularitasnya dengan menjual artikel kepada majalah-majalah lain. Bahkan Stephen Glass mengaku pernah menjual artikel yang sifatnya bohong kepada majalah Rolling Stones.

6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan:

Wartawan Indonesia melindungi narasumber yang tidak bersedia disebut nama dan identitasnya. Berdasarkan kesepakatan, kalau narasumber meminta informasi yang diberikan untuk ditunda pemuatannya, harus dihargai. Dalam film Shattered Glass, tidak diceritakan mengenai hal ini. Stephen Glass tidak diperlihatkan dalam posisi sebagai wartawan yang diminta menunda suatu berita.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab:

Stephen Glass sangat melanggar KEWI terakhir ini. Bagaimana mungkin Stephen Glass mencabut dan meralat kekeliruan dalam beritanya jika ia dengan sengaja memasukkan berita yang sifatnya palsu ke dalam majalah New Republic? Bahkan ketika majalah Forbes sebagai publik bertanya mengenai keakuratan berita “Hack Heaven” yang dibuat Stephen Glass, Stephen melayani hak jawab tersebut dengan jawaban-jawaban palsu, yang ia karang sendiri, akibatnya Stephen Glass terpaksa berbohong semakin banyak demi menutupi kebohongan-kebohongan sebelumnya.



ANALISA 9 ELEMEN JURNALISME
DIKAITKAN DENGAN FILM SHATTERED GLASS


1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran:

Stephen Glass sebagai tokoh utama film Shattered Glass telah melanggar prinsip utama dari elemen jurnalisme. Berita yang ia sampaikan pada masyarakat tidak didasarkan pada kebenaran. Tiap berita yang ia angkat selelu memiliki suatu kebohongan, bahkan ada berita yang keseluruhan isinya merupakan karangannya sendiri.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat:

Isi berita yang benar tidak boleh memihak pada suatu organisasi, jadi media harus dapat mengatakan dan menjamin kepada audiences-nya bahwa liputan itu tidak diarahkan demi kawan dan pemasang iklan. Media wajib memelihara kesetiaan kepada warga masyarakat dan kepentingan publik yang lebih luas di atas yang lainnya. Stephen Glass banyak mengarang informasi yang ia masukkan pada beritanya, dan ini merupakan bukti bahwa ia sebagai jurnalis New Republic tidak mengutamakan kepentingan masyarakat, ia lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, asal membuat suatu berita yang menarik demi mengangkat popularitasnya.

3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi:

Dalam mencari informasi, seorang wartawan harus bekerja secara profesional, memakai metode disiplin profesional untuk memverifikasikan informasi. Jadi wartawan perlu mencari berbagai saksi, menyingkap sebanyak mungkin sumber, atau bertanya pada berbagai pihak untuk komentar, demi mengisyaratkan adanya standar yang profesional. Dalam film Shattered Glass, Stephen Glass telah membuat banyak berita yang ditulis tidak berdasarkan sumber manapun. Ia tidak bekerja dengan professional, hanya memanfaatkan pikiran dan intuisinya saja. Stephen Glass merasa pikirannya sudah cukup cerdas untuk membuat suatu berita yang menarik, menghibur, dan layak dibaca masyarakat tanpa peduli pada kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak mencari saksi, tidak menyingkap berbagai sumber, dan bekerja sendiri tanpa bertanya pada berbagai pihak untuk komentar.

4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput:

Kebebasan adalah syarat dasar dari jurnalisme. Ia menjadi sebuah landasan dari kepercayaan. Namun apabila kebebasan tersebut tidak dijalankan dengan seimbang bersama kejujuran, maka kepercayaan itu tidak akan muncul. Stephen Glass sangat memegang prinsip kebebasan ini, namun bukan kebebasan dari sumber yang ia liput. Bahkan dalam beberapa beritanya, ia tidak memiliki sumber sama sekali. Stephen Glass membuat beritanya dari campuran informasi-informasi sepenggal yang ia peroleh dari mulut ke mulut dan kemampuannya untuk berimajinasi. Ia begitu lihai dalam mengarang cerita, ia membuat berita demi popularitas, demi rasa puas apabila pembaca menikmati tulisannya. Akhirnya prinsip kebebasan ini diartikan berbeda oleh Stephen Glass. Ia benar-benar bebas dalam menuliskan informasi untuk New Republic. Ia merasa berhak untuk bebas bereksperimen, mencampuradukkan fakta dengan dunia khayalannya, ia merasa memiliki kebebasan total sebagai seorang wartawan terhadap sumbernya, entah sumber itu benar-benar ada atau hanya majinasi.

5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap kekuasaan:

Wartawan bertugas sebagai orang yang memantau keadaan sekitarnya, baik dari segi sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Tugas mulia ini tidak boleh dibatasi oleh kekuasaan. Misalnya wartawan suatu majalah mengekspos kasus kejahatan Pesiden yang pada kenyataannya benar-benar terjadi, maka kekuasan Presiden tersebut tidak boleh ia manfaatkan untuk menghancurkan organisasi majalah tersebut, karena memang tugas wartawan adalah sebagai pemantau yang bebas.

Stephen Glass dalam film ini telah menjalankan tugasnya sebagai pemantau yang bebas, bahkan mungkin terlalu bebas. Ia memantau sekitarnya tanpa melihat batas kebebasan, ia telah melanggarnya. Stephen Glass menuliskan apapun yang tidak ada pada kenyataan, mengarang keseluruhan berita agar tidak ada pihak yang protes. Untuk apa protes kalau berita yang ditulis tidak berhubungan dengan seseorang yang benar-benar nyata? Tidak ada yang menjadi korban dari tulisan Stephen, tidak ada yang dirusak nama baiknya, sebab orang yang Stephen tulis tidak benar-benar ada. Akibatnya tugas Stephen sebagai wartawan yang seharusnya memantau dengan bebas tidak berhasil ia jalankan, sebab ia hanya memantau sesuatu yang tidak pernah ada.

6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik:

Oranisasi New Republic telah menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik. Dalam hal ini, Majalah Forbes yang mempertanyakan tentang kebenaran informasi “Hack Heaven” yang ditulis oleh Stephen Glass adalah termasuk publik. Dalam menanggapi pertanyaan dari pihak Forbes, Chuck Lane sebagai editor New Republic telah merespon dengan sangat baik dan penuh tanggung jawab. Pada akhir film, saat Chuck Lane benar-benar menyadari kesalahan jurnalisnya, ia tidak berusaha menutup-nutupi atau menambah kebohongan pada Forbes, ia dengan berani memecat wartawannya itu, walau dengan resiko, wartawan-wartawan lain yang menyukai Stephen Glass akan marah dan mengundurkan diri.

Disini kita bisa melihat, bahwa forum untuk kritik dan komentar publik sangatlah bermanfaat demi mengungkap suatu kebenaran. Film Shattered Glass ini telah menunjukkan bagaimana forum ini sangat berguna, sehingga pada akhirnya New Republic harus mengakui, bahwa Forbes benar dan teliti, dan New Republic telah melakukan kesalahan besar karena selama ini telah mengeluarkan berita-berita yang tidak benar melalui kesalahan wartawannya, Stephen Glass.

7. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan:

Demi menjaga loyalitas pembaca pada media yang mereka baca, suatu media harus bisa membuat informasi yang penting menjadi menarik untuk dibaca, dengan tujuan mencerahkan para pembacanya. Jika suatu informasi yang penting ditulis tanpa ada hal yang menarik di dalamnya, otomatis informasi tersebut tidak akan diterima dengan baik oleh pembacanya.

Sephen Glass sangat lihai dalam membuat suatu berita menjadi menarik dan relevan, namun sayangnya, berita-berita yang ia buat menarik itu bukanlah berita-berita yang penting. Dan yang lebih riskan, beberapa di antara berita-berita tersebut adalah suatu karangan / miss representasi. Akibatnya berita itu hanya dibaca, menarik hati si pembaca, namun pada akhirnya berita itu tidak akan mencerahkan pikiran pembaca sama sekali, sebab berita itu tidaklah nyata.

8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif:

Prinsip di sini adalah “jurnalisme adalah suatu bentuk dari kartografi”. Ia menciptakan sebuah peta bagi warga masyarakat guna menentukan arah kehidupan. Apabila berita itu tidak proporsional, hal-hal yang penting dihilangkan, demi sensasi menggelembungkan suatu peristiwa, mengabaikan sisi-sisi lain, stereotip atau bersikap negatif secara tidak imbang, akan membuat peta menjadi kurang dapat diandalkan.

Dalam film Shattered Glass, Stephen Glass sebagai seorang wartawan telah mengacaukan peta tersebut. Hal-hal yang penting sangat ia minimalkan, kemudian ia menggelembungkan informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya demi sensasi. Contohnya dalam kasus “Hack Heaven”, Stephen hanya mendengar sekilas saja mengenai kasus tersebut, bisa saja itu hanya bualan seseorang. Namun karena ia meganggapnya menarik dan dapat memunculkan sensasi, Stephen dengan cepat mengembangkan khayalannya tentang informasi itu, kemudian menuliskannya untuk majalah New republic. Akibatnya, pembaca dapat disesatkan pikirannya, peta informasi yang mereka peroleh sangat salah, sangat tidak seimbang, dan sangat tidak nyata.

9. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya:

Setiap wartawan harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab. Apabila seorang wartawan tahu ada suatu informasi yang tidak beres, ia harus berani menyuarakan perbedaan pendapat dengan rekan-rekannya.

Di dalam film Shattered Glass, ada banyak wartawan yang tidak berani menyuarakan suara hatinya. Di akhir film, Caitlin Avey yang protes kepada Chuck Lane karena telah memecat Stephen Glass, sebenarnya telah mengetahui kalau selama ini berita-berita yang ditulis Stephen Glass adalah suatu kebohongan. Namun karena ia berteman dekat dengan Stephen Glass, ia tidak berani mengoreksi Stephen. Ia terus membenarkan berita-berita Stephen dan membiarkannya dimuat di majalah New Republic. Namun pada akhirnya ia menghormati keputusan Chuck Lane sebagai editor, dan menerima pemecatan Stephen Glass dengan sportif.
Mochtar Lubis (lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922 – meninggal di Jakarta, 2 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia. Sejak zaman pendudukan Jepang ia telah dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980).
Pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (organisasi CIA), dan anggota World Futures Studies Federation.
Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung (1952 diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN 1952; cerpennya Musim Gugur menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953; kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956; novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departeman P & K; dan novelnya Maut dan Cinta (1977) meraih Hadiah Sastra Yayasan Jaya Raya tahun 1979. Selain itu, Mochtar juga menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar (1992).
karya - karya mochtar lubis sangatlah banyak, ini beberapa karya dari mochtar lubis :
 
  • Tidak Ada Esok (novel, 1951)
  • Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (kumpulan cerpen, 1950)
  • Teknik Mengarang (1951)
  • Teknik Menulis Skenario Film (1952)
  • Harta Karun (cerita anak, 1964)
  • Tanah Gersang (novel, 1966)
  • Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963)
  • Judar Bersaudara (cerita anak, 1971)
  • Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972)
  • Harimau! Harimau! (novel, 1975)
  • Manusia Indonesia (1977)
  • Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980)
  • Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
  • Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983)
Karya jurnalistiknya:
  • Perlawatan ke Amerika Serikat (1951)
  • Perkenalan di Asia Tenggara (1951)
  • Catatan Korea (1951)
  • Indonesia di Mata Dunia (1955)
Mochtar Lubis juga menjadi editor:
  • Pelangi: 70 Tahun Sutan Takdir Alisyahbana (1979)
  • Bunga Rampai Korupsi (bersama James C. Scott, 1984)
  • Hati Nurani Melawan Kezaliman: Surat-Surat Bung Hatta kepada Presiden Soekarno (1986)
Terjemahannya:
  • Tiga Cerita dari Negeri Dollar (kumpulan cerpen, John Steinbeck, Upton Sinclair, dan John Russel, 1950)
  • Orang Kaya (novel F. Scott Fitgerald, 1950)
  • Yakin (karya Irwin Shaw, 1950)
  • Kisah-kisah dari Eropa (kumpulan cerpen, 1952)
  • Cerita dari Tiongkok (terjemahan bersama Beb Vuyk dan S. Mundingsari, 1953)
Studi mengenai Mochtar Lubis:
  • M.S. Hutagalung, Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis (1963)
  • Henri Chambert-Loir, Mochtar Lubis, une vision de l'IndonĂ©sie Contemporaine (diseertasi, Paris, 1974)
  • David T. Hill, Mochtar Lubis: Author, Editor, and Political Actor (disertasi, Canberra, 1989)
  • David T. Hil, ‘Mochtar Lubis’, Inside Indonesia, Vol. 83, July-September 2005, p.23.
  • David T. Hill, Journalism and Politics in Indonesia: A Critical Biography of Mochtar Lubis (1922-2004) as Editor and Author, (Routledge, London & New York, 2010).